Tips Menghadapi Anak Yang Aktif Dan Sulit Beronsentrasi
Menghadapi Anak Yang Aktif Dan Sulit Beronsentrasi dalam belajar menjadi tantangan tersendiri bagi guru dan orang tua. Di Perlu adanya pendekatan dan perhatian khusus yang diberikan. Ketika anak mulai kurang konsentrasi di sekolah, ia akan mulai tidak memperhatikan Pelajaran yang diberikan guru dan kurang memiliki komitmen dalam mengerjakan tugas. Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengatasinya adalah mengidentifikasi dan memahami penyebab anak kurang fokus (Baca: Anak Sulit Fokus di Sekolah, Apakah Anak Saya ADHD?).
Setelah mengetahui kemungkinan penyebab anak kurang fokus, orang tua dan guru dapat berusaha mengurangi masalah anak. Misalnya ketika ternyata anak tidak fokus karena kurang tidur, maka orang tua dapat mengatur waktu tidur anak agar kebutuhan istirahatnya terpenuhi. Jika ternyata karena anak tidak terbiasa sarapan, orang tua dapat menyiapkan sarapan untuk anak atau bekal (Baca: Tips Menyiapkan Bekal Makanan Anak) untuk dibawa ke sekolah. Jika memang anak tidak fokus karena mencari perhatian guru, maka orang tua dan guru perlu memberi perhatian dan pengertian pada anaknya (Baca: Mengatasi Permasalahan Anak dengan Ungkapan Kasih Sayang).
Hal yang perlu dilakukan selanjutnya, adalah pendekatan individu ke anak. Anastasia J Wulansari, Psikolog Pendidikan, menerangkan bahwa dalam pendekatan individu, anak dapat ditanya apa yang dapat membuatnya fokus. “Anak bukan ditanya mengapa ia tidak fokus, tapi ditanya, bagaimana agar ia mau mengerjakan satu tugas sampai selesai,” ujarnya.
Selain itu, bisa juga melihat aktifitas-aktivitas yang menjadi fokus si anak. Amati kondisi seperti apa yang dibutuhkan anak ketika ia dapat fokus. Misalnya ketika anak sangat fokus dalam bermain game atau bermain lego. “Tanyakan pada anak, kok kalau main game bisa fokus sekali, apa sih rahasianya, beri tahu dong ke ibu,” tambah Anastasia. Lalu, orang tua dan guru lah yang perlu menarik kondisi-kondisi yang membuat anak fokus, dan mengaplikasikannya ketika anak mengerjakan tugas.
Dalam memberikan instruksi kepada anak yang kurang konsentrasi pun memang perlu dipotong-potong. Hal ini dilakukan agar anak tidak kebingunan dan malah tidak melanjutkan belajar. “Jika ada empat instruksi, berikan dulu satu atau dua instruksi, baru masuk ke step berikutnya,” jelas Anastasia. Selain itu, diperlukan juga time limit. Maksudnya, anak perlu diingatkan jika memang tugas yang sedang anak kerjakan memiliki batas waktu. Hal tersebut dapat membantu anak menyesuaikan waktunya dalam mengerjakan tugas. “Diingatkan, kurang lima belas menit, kurang sepuluh menit. Jangan langsung tiba-tiba waktu habis, agar anak tidak bingung,” imbuh Anastasia.
Menciptakan suasana yang kondusif bagi anak belajar pun menjadi penting. Untuk anak yang kurang dapat konsentrasi, diperlukan suasana belajar yang memiliki gangguan seminimal mungkin. Gangguan yang dimaksud bisa dari suara bising, suhu udara, atau benda-benda di sekitar ruang belajar. “Hilangkan apa yang mengganggu, kalau dia terganggu dengan suara berisik, maka ciptakan suasana belajar yang tenang agar anak lebih fokus,” tutur Anastasia. Dalam hal ini pun perlu memahami metode belajar anak. Misalnya jika anak memang senang belajar dengan bantuan audio, maka suara justru bisa disiapkan.
Anastasia menambahkan, rusaknya konsentrasi anak juga dapat disebabkan oleh gadget. Untuk itu, orang tua perlu menjauhkan gadget dari anak. Menurut Anastasia, gadget itu sangat merusak konsentrasi, sebab memori jangka pendeknya akan terstimulasi untuk sesuatu yang cepat. “Arus kecepatan ketika menggunakan gadget kan cepat sekali, tinggal klik, klik, buka satu program, lalu pindah. Tapi tidak terstimulasi untuk mempertahankan konsentrasi dalam waktu yang lama,” ujarnya.
Anak perlu distimulasi untuk mempertahankan fokusnya. Hal ini dapat dilakukan dengan pengkondisian oleh orang tua. Anak perlu dibiasakan untuk mengerjakan satu hal terlebih dahulu, baru berpindah ke kegiatan yang lain. Misalnya ketika bermain lego, anak akan membuat bentuk mobil. Maka ia perlu menyelesaikan mobilnya terlebih dahulu sebelum berpindah ke bentuk yang lain. “Itu bisa membantu anak mempertahankan fokusnya pada sesuatu. Lebih baik ajari prinsip seperti ini kalau memang anak kurang fokus. Untuk multitasking, anak akan belajar dengan sendirinya,” ujarnya.
Hal terpenting yang perlu diperhatikan ketika menghadapi anak yang mungkin berbeda atau memiliki masalah seperti ini adalah, jangan memberikan label atau judgement pada anak. Sebab, energi negatif dari lingkungan yang melabel anak gagal, nakal, dan tidak mampu, dapat ditangkap anak. “Kalau energi negatif itu ditangkap anak, pembelajarannya jadi tidak maksimal,” pungkas Anastasia.
Shiane Anita Syarif, kontributor.
sumber gambar: www.zaparents.com